Info Sekolah
Selasa, 30 Sep 2025
  • Website ini masih dalam pengembangan, jika membutuhkan info lebih lanjut, silakan datang langsung ke madrasah kami di Jln. Kusuma Bhakti Kubu Gulai Bancah Bukittinggi.
  • Website ini masih dalam pengembangan, jika membutuhkan info lebih lanjut, silakan datang langsung ke madrasah kami di Jln. Kusuma Bhakti Kubu Gulai Bancah Bukittinggi.
24 Juli 2020

Junaiha Gadis yang Tangguh

Jum, 24 Juli 2020 Dibaca 66x ARTIKEL

Oleh: Yeniga Helmi, M.Pd

Junaiha adalah seorang gadis yang tumbuh dari keluarga yatim, dari empat orang bersaudara,  dimana  Ayahnya sudah meninggal dunia semenjak Junaiha  berumur  lima tahun. Perjalanan hidup Junaiha  penuh lika-liku dan  kerikil tajam, semua  di laluinya dengan kegigihan dan kesungguhan untuk mempertahankan hidup dan pendidikan  bersama keluarga dan saudara-saudaranya.

            Sepeningal  ayah Junaiha di besarkan oleh ibunya sendiri dengan empat orang  saudara yang juga masih kecil-kecil, beda umurnya hanya satu tahun. Dia anak ke tiga dari lima  bersaudara, kakaknya yang pertama berumur delapan tahun yang bernama Rainaya, kakak yg kedua berumur enam  tahun yang bernama  wena ,adik Junaiha bernama mesya masih berumur empat  tahun sedangkan adek yang kecil masih berumur  dua tahun  bernama zeinal adik satu-satunya laki-laki, wajahnya sangat mirip dengan ayah

            Setelah ayah tiada Ibu membesarkan kelima anaknya mencari nafkah dengan berjualan kerupuk sanjai di pasar atas untuk menyambung hidup dan  perekonomian keluarga, dan Ibu memperjuangkan sendiri nasib anak-anaknya supaya bisa makan dan bersekolah kadang di bantu oleh saudaran ibu dan tetanga disekitarnya karena Junaiha dan keluarganya tumbuh dari keluarga yatim.

            Seiring  berjalannya waktu, berganti zaman, Sekarang Junaiha sudah tamat di bangku pendidikan sekolah dasar, Dia berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya   ke Pesantren, Namun apa daya perekomian tidak memadai untuk masuk pesantren, dan ibunya  menyarankan masuk saja ke SMP yang dekat dengan rumah, yang tidak jauh dari sekolah,. Pertimbangannya bisa pergi jalan kaki dan tidak mengeluarkan uang transfortasi, Biaya yang di pikirkan Ibu hanya belanja setiap hari. Besoknya, paman datang ke rumah.dan bertanya ke Ibu

    “Bagaimana sekolah Junaiha?” tanya paman. “Apakah dia lulus?”

          “Alhamdulillah, lulus ,“ jawab ibu.

          “Ke mana mau melanjutkan sekolahnya?” tanya paman.

    “Junaiha   katanya   ingin masuk   pesantren,”  jawab ibu

          “sedangkan aku menyarankan ke SMP.”

    “Bagaimana kalau  Junaiha tinggal bersama aku?” tanya paman,

     “biar aku yang menangung biaya sekolahnya.”

Dengan berat hati ibu menjawabnya pertanyaan paman.biar ditanyakan ke Junaiha dulu. Dia tidak biasa berpisah dengan aku, kata ibu,.      Saat Itu Junaiha sedang bermain dengan teman-temanya di halaman.  Ketika dia duduk di teras rumahnya untuk melepas lelah  sambil melihat keindahan langit, Dia berpikir kapan hidup ini berubah. Ingin rasanya seperti teman‐teman.   Hidup   berkecukupan   dan   bisa   sekolah   di tempat yang diinginkan. Junaiha tersentak dari lamunan ketika ibu memangil namanya .Sampai di rumah Junaiha  melihat paman duduk di  ruang tamu bersama anggota keluarga,  Mereka sedang asyik bercerita.

“Duduk sini Junaiha,” kata Paman. Ada yang mau  di sampaikan.         “Iya Paman,” jawabku sambil menyalami

 Begini  nak ,? “ Paman   ingin   mengajak   Junaiha   tinggal bersama Paman, biar Paman biayai sekolahmu,” kata paman.

“iya paman  jawab Junaiha,  tanpa berpikir panjang,

 Pertanyaan  Paman rasanya menjawab  apa yang terlintas dalam pikirannya, Junaiha  berfikir   Mungkin  ini yang bisa merubah nasib.saya bisa bersekolah, punya  kehidupan yang mapan, ini yang terbaik mungkin yang di berikan Allah  untuk  dapat membantu dan meringankan beban Ibu, Namun berat rasanya berpisah dengan ibu serta kakak dan adik-adikn.Junaiha

Akhirnya Junaiha memutuskan tinggal dengan pamannya, senang dan susah dialami sendiri. Paman mempunyai keluarga besar,  ada anak paman dan enam orang cucunya yang masih kecil‐kecil. Paman,Bibi,  anak, dan cucunya hidup berkecukupan.

Karena tinggal di rumah paman, Junaiha harus tahu diri. Dia rajin membantu bibi menyelesaikan pekerjaan rumah. Junaiha bangun pagi sekali supaya bisa membantu memasak dan mencuci   piring   sebelum   berangkat   ke   sekolah.   Pulang sekolah, Dia juga menyetrika pakaian yang sudah kering dan menyapu rumah, Junaiha adalah sigadis yang sangat rajin dan sabar

Pernah suatu kali Junaiha terlambat pulang sekolah,sebelumnya dia sudah bilang ke Bibi nanti telat pulang, karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler  yaitu drambn, dia latihan sampai sore karena mempersiapan untuk  kegiatan 17 Agustus, lomba dranmbn tingkat kota.

Ketika di perjalanan hendak pulang Junaiha  sudah sangat cemas sekali, kalau dia akan dimarahi Bibi nantinya, hati dan perasaanya tidak senang. Sampai di rumah,  Bibi ternyata sangat marah sekali dan memaki-maki Junaiha sambil berkata

 “Kenapa kamu telat sekali pulang sekolah, “ucap Bibi

 “Tadi latihan drambn , jawab Junaiha  sambil menangis

 ”Kenapa lama sekali, “Tanya Bibi dengan nada agak keras

 “Sebelum berangkat tadi kan sudah kasih tahu Bibi,” balas Junaiha

 “Saya kira latihannya sampai jam 15.00 wib, ternyata udah sampai

 mangrib baru pulang, kamu anak gadis, terjadi sesuatu gimana ?

   celetuk Bibi

  “ Maaf  aku bibi ? balas Junaiha dengan suara kecil 

  “ Iya di maafkan,” Jawab Bibi sambil mengerutu, lain kali jam 15.00 ,sudah berada di rumah, kalau telat pulang, kapan kamu membantu memasak, menyetrika dan membersihkan rumah. Junaiha hanya terdiam mendengar celotehan Bibi

    “ Ganti sana pakaanmu dan  cucilah piring,” kata Bibi

    “ Baik,” balas ku, sambil memegang perut yang kosong karena junaiha belum sempat makan di sekolah, Junaiha  menuju kamarnya untuk menganti pakaian sambil menangis dia tidak bisa menahan rasa sedihnya.air mata membasahi pipinya,sambil berdoa,”Ya Allah beri hambamu kesabaran dan ketabahan, jadikan aku gadis yang tanguh dan ikhlas  dalam menghadapi semua cobaan ini.

 Dalam keadaan sedih tersebut Junaiha  teringat sama Ibunya, ingin rasanya menyapaikan kesedihan kepada Ibu, ku rindu kasih sayangnya, kurindu belaiannya dan ku rindu pelukannya. Rasanya ingin pulang disaat itu. Tapi Junaiha berfikir kembali, kalau dia pulang tentu akan menambah beban ibu, dan junaiha berusaha sabar dan ikhlas menjalaninya, Allah akan selalu mendengar doa dari setiap hambanya termaksud doa seorang  anak yatim. Tidak lama setelah itu ada yang mengedor pintu kamar sambil memangil –mangil nama junaiha

   “ Junaiha,Junaiha ,”kata Paman  

   “ Iya Paman ,”sahutku sambil cepat menghapus air mata yang

    membasahi pipiku, Dia membuka pintu kamar

” Ada apa paman,”sahutku Junaiha sudah makan?

“ Belum Paman ,”jawabku sambil menoleh melihat wajah Paman

“ Mari kita makan sama sama ,”kata paman

Junaiha pergi segera kedapur mempersiapkan makanan untuk makan malam, dia bergumam dalam hatinya semoga paman tidak mengetahui kejadian tadi, karena paman begitu baik dan perhatian kepadaku

            Selesai makan malam Junaha membersihkan meja makan dan langsung mencuci piring dan menyapu rumah, kemudian dia kembali kekamarnya untuk menyelesaikas tugas sekolah besdk 

Kebutuhan   material   Junaiha   memang   sudah   tercukupi, Namun perasaan Junaiha tersiksa. Kasih sayang dan perhatian orang tua, bercanda dengan adik dan kakak   tidak dia dapatkan. Sulit rasanya berpisah dengan orang tua, kakak, dan adik. Namun semua ini dia lakukan demi mengurangi beban ibu. Junaiha  rela berkorban, semua di jalani dengan penuh kesabaran dan keikhlasan supaya cita‐cita Junaiha tercapai.

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

 

MIN Kota Bukittinggi

NPSN : 60704214

NSM : 111113750001

Akreditasi : A

Jln. Kusuma Bakti Gulai Bancah

Telepn : (0752) 34803